Hadirkan Narasumber dari Belanda, FIB Untag Surabaya Gelar Seminar Tentang Kearifan Lokal dan Perkem
07 Agustus 2025

Hadirkan Narasumber dari Belanda, FIB Untag Surabaya Gelar Seminar Tentang Kearifan Lokal dan Perkem

Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya berkolaborasi dengan Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (HISKI) Surabaya dalam menggelar seminar bertema ‘Local Wisdom and Sustainable Development: Integrating Cultural Aspects into Research and Community Engagement’. Kegiatan yang dilaksanakan di Gedung Graha Widya lantai dua ini menghadirkan narasumber internasional berkompeten dari Vrije Universiteit, Amsterdam, Belanda – Wendelien Tuijp, (24/6/2025).

 

Dekan FIB Untag Surabaya – Mateus Rudi Supsiadji, S.S., M.Pd menyambut baik narasumber pada seminar ini di Kampus Merah Putih Untag Surabaya. “Selamat datang di kampus merah putih Untag Surabaya Miss Wendelien, semoga ilmu yang dibagikan akan memiliki dampak dan bermanfaat bagi para peserta,” ucapnya

 

Tidak hanya menyambut para peserta dengan antusias, Rudi, sapaan akrabnya, juga menekankan pentingnya keterlibatan aktif mahasiswa dalam seluruh rangkaian kegiatan. Rudi menilai bahwa partisipasi aktif tidak hanya akan memperkaya pemahaman peserta, tetapi juga menjadi bagian penting dalam membangun budaya dialog dan kemampuan berpikir kritis. Saya mengimbau seluruh peserta untuk menyimak dengan saksama setiap sesi yang disampaikan serta berpartisipasi aktif dalam sesi diskusi yang akan berlangsung,” tuturnya di hadapan para mahasiswa yang hadir.

 

Sebagai satu-satunya narasumber pada seminar ini, Dosen dari Vrije Universiteit, Amsterdam, Belanda – Wendelien Tuijp mengungkapkan latar belakangnya dalam bidang intercultural communication dan sustainability development. “Saya telah bekerja di Vrije Universiteit selama 23 tahun. Merupakan sebuah keberuntungan bagi saya bisa bertemu dan bekerja sama dengan rekan-rekan yang luar biasa di sana. Saya ditempatkan di Department of Sustainability Land Management,” ungkapnya.

 

Dalam sesi diskusi, Tuijp menyoroti keunikan Indonesia yang kaya akan keberagaman budaya sekaligus menyampaikan kekagumannya terhadap pluralitas yang dimiliki bangsa ini, sembari mengingatkan bahwa keberagaman tersebut bukan tanpa tantangan. “Keberagaman ini memang bisa menjadi tantangan, namun selama kalian saling menghormati satu sama lain, maka hal tersebut justru dapat memperkaya pengalaman, ujarnya. Tuijp juga menegaskan bahwa dalam konteks masyarakat yang kompleks, tidak ada solusi tunggal yang dapat diterapkan secara universal. Tidak ada yang namanya solusi instan atau 'silver bullet solution' untuk menghadapi kompleksitas semacam ini,” tambahnya.

 

Sebagai penutup, Tuijp menekankan pentingnya perubahan pola pikir di tengah masyarakat modern. Menurutnya, di era yang penuh dinamika seperti saat ini, diperlukan cara pandang yang lebih terbuka terhadap perbedaan. “Di era modern society pada saat ini, masyarakat perlu berpikir lebih luas dan beragam, sehingga keberagaman yang ada tidak mengganggu kebersamaan dalam membangun kearifan lokal yang berkelanjutan,” pungkasnya. (vs)

 

 

back top